Mungkin kita pasti
punya mempunyai seorang idola, dia bisa menjadi idola kita karena pasti ada
beberapa faktor dan beberapa alasan tertentu. Kita tidak bisa memungkiri bahwa
kita punya seseorang yang dikagumi, di idolai bahkan sampai dicintai. Jatuh
cinta memang berjuta rasanya. Begitu kata orang. Tapi bagaimana jadinya kalau
kita jatuh cinta sama idola kita? Apakah hal tersebut wajar atau sudah termasuk
tahap delusional.
Tetapi sebelum saya
membahas itu semua alangkah baiknya kita mengulas terlebih dahulu mengapa kita
sampai mengidolai dan naksir dengan idola kita, kita ambil dari sudut pandang
psikologis. Menurut psikolog Tika Bisono,
mengidolakan seseorang itu wajar. Jadi kita nggak perlu merasa aneh ketika kita
melihat dinding kamar seseorang dipenuhi dengan oleh poster idolanya. “Hampir
seluruh remaja normal di dunia akan memasang poster idolanya di kamar. Poster
ini bahkan lebih banyak disbanding foto keluarganya sendiri,” katanya. Masih
menurut Tika, seseorang bisa sampai naksir atau suka kepada idolanya karena
beberapa hal, yaitu:
1. Menemukan ideal self dalam
diri idola. Mengidolakan seseorang adalah cara kita buat mencari jati diri.
Idola yang kita lihat di layar kaca merupakan sosok tanpa cela yang terlihat
sempurna. Dengan kata lain, sosok idola bakal menjadi ideal self buat diri kita yang sesungguhnya. Karena idola biasanya
memiliki kelebihan yang nggak kita atau orang lain sekitar kita miliki.
2. Ingin seperti idola. Kelebihan idola yang mengagumkan bikin kita membandingkan
diri kita dengannya. Misalnya, ketika idola jago bermain musik, kita pingin
punya kemampuan serupa. Karena secara tidak sadar kita ingin dipuja oleh banyak
orang seperti halnya dengan idola kita.
3. Menemukan sosok cowok/cewek impian. Seorang idola ditampilkan
sebagai sosok yang tampan, cantik, ramah, punya segudang bakat sehingga
dikagumi banyak orang. Hal ini yang membuat kita naksir berat dengan idola
kita.
FANS
YANG KELEWAT BATAS
Setelah kita membahas
mengapa seseorang ngefans dan mengidolai seseorang dari sudut pandang
psikologis, maka saya akan membahas fans yang kelewat batas. Ada kalanya secara
tidak sadar kadang-kadang kita kelewat batas dalam ngefans atau mengidolai
seseorang, Tika Bisono mengatakan,
seseorang sering melakukan hal yang ekstrem ketika berhubungan dengan idolanya.
Sebagai fans, kita mungkin melakukan hal seperti menangis dan teriak saat
bertemu dengan idola kita, menanti kedatangan idola di bandara atau di hotel
tempat dia menginap, serta pamer soal kebehatannya di depan orang lain.
Meskipun kesannya berlebihan, tapi ini masih dianggap normal. Nah, akan menjadi
tidak normal kalau sudah melakukan hal-hal yang di luar batas kewajaran.
Menurut Tika, fans yang kelewat batas akan mengalami 3 tahap perilaku yang
abnormal, yaitu:
Tahap
1: menjadi stalker (penguntit)
Seorang stalker akan
menguntit kegiatan idolanya. Hal ini bisa dimulai dari taraf ringan misalnya
seperti bersikap layaknya paparazzi yang
memotret idola kita secara diam-diam. Pada taraf yang parah, seorang fans bisa
sampai memasang GPS (Global Positioning
System) di mobil idola secara ilegal agar mengetahui kemanapun idola kita
pergi. Hal ini pernah terjadi pada seleb K-Pop yang dikuntit oleh fansnya yang
terobsesi secara berlebihan.
Tahap
2: bersikap posesif
Fans akan menganggap
idola sebagai milik pribadi, sehingga tidak ada satu pun yang boleh
memilikinya. Hal ini dapat berakibat fatal dan membahayakan orang lain termasuk
sang idola itu sendiri. Contoh yang paling ekstrem adalah yang sampai
menyebabkan terbunuhnya idola karena sikap posesif fans, seperti yang dilakukan
oleh salah seorang fans John Lennon
yang membunuh idolanya sendiri.
Tahap
3: menjadi delusional
ini adalah tahap yang
paling berbahaya dalam kondisi fans yang berlebihan. Dalam psychology today disebutkan bahwa delusional adalah suatu kondisi
ketika kita percaya pada suatu hal yang kita khayalkan sehingga tidak bisa
memisahkan antara khayalan dan kenyataan. Misalnya, ketika kita percaya bahwa
cowok/cewek ideal bagi kita adalah yang mirip dengan idola kita itu. Dalam
kondisi yang sudah parah, kita bahkan sampai merasa memiliki hubungan khusus
dengan si idola.
Jika melihat dari sudut
pandang yang lain, misalnya dari sudut pandang sosiologis kita mengidolai
seseorang merupaka suatu hal yang wajar mengingat kita adalah makhluk sosial
yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan yang lainnya, namun interaksi dengan idola
kita terbatas karena adanya perbedaan kemampuan dan status sosial dengan idola
kita sehingga interaksi yang terjadi pun tidak seperti kita berinteraksi dengan
orang yang yang sama dan status sosial yang sama dengan kita.
Dari sudut pandang
ekonomi, dengan mengidolai seseorang kita akan rela menghabiskan uang untuk
membeli berbagai macam aksesoris, merchandise dsb yang berkaitan dengan idola
kita hal ini dilakukan karena merupakan salah satu wujud kecintaan kita kepada
idola kita. Tapi selain itu ada sisi positifnya dimana kita bisa rajin menabung
dan menghemat pengeluaran yang dimana uang yang kita tabung untuk membeli
berbagai macam aksesoris, merchandise dsb yang berkaitan dengan idola kita.
Dari sudut pandang
hukum, kadang ketika pada saat menonton konser atau pertunjukan idola kita,
kita secara tidak sadar melanggar ketertiban umum, sehingga akhirnya
menimbulkan keributan dengan orang lain. Kemudian ketika kita ngefans yang
sudah diluar batas bisa saja seseorang nekat melakukan pelanggaran hukum
misalnya memasang GPS (Global Positioning
System) di mobil idola secara ilegal bahkan yang sampai ekstrim sekalipun
yaitu melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap idola.
BAHAYA
JATUH CINTA ATAU NGEFANS YANG BERLEBIHAN PADA IDOLA
Sesuatu yang berlebihan
pasti akan memiliki efek negatif. Oleh karena itu kita harus waspada ketika
cinta terhadap idola membuat kita menjadi delusional. Bahaya itu seperti:
1. Tidak punya kehidupan sosial, karena terlalu terpesona sama idola
kita, sampai mengabaikan orang lain di sekitar kita. Kita tidak mau bergaul
sama orang yang tidak suka sama idola kita. Bahkan sampai menolak semua
cowok/cewek yang kita rasa tidak sehebat idola kita.
2. Membahayakan diri sendiri dan
orang lain. Menurut konselor dan terapis Emotional Freedom Technique (EFT) Anggia Christanti Wiranto, kelakuan fans fanatic seringkali tidak
bisa dijelaskan dengan alasan logis dan realistis. Seorang fans yang delusional
tidak akan segan buat melakukan hal jahat kepada orang-orang yang menyakiti
idolanya. Sehingga membahayakan keselamatan orang lain. Selain itu ketika
idolanya meninggal dunia, fans delusional akan memutuskan bunuh diri agar bertemu
lagi dengan idolanya di alam lain.
3. Menjurus kepada skizofrenia.
Skizofrenia adalah kondisi ketika
khayalan dan kenyataan tercampur baur sehingga tidak bisa membedakan keduanya.
Fans delusional tahap akut tidak akan bisa membedakan antara realitas kehidupan
idola di balik layar dengan khayalan yang ia ciptakan. Seseorang menjadi
delusional karena tidak bisa menyalurkan kekagumannya secara berlebihan
terhadap idolanya.
Sebenarnya ada banyak
cara yang dapat kita lakukan agar kita tidak mengalami delusional dan bisa
menyalurkan kekaguman kita terhadap idola, seperti:
1. Mulai membuka diri. Tidak ada satupun orang di dunia ini yang sama.
Jadi kita tidak akan menemukan orang seperti idola kita dimanapun. Masih banyak
cowok/cewek keren yang ada di sekitar kita, yang punya kelebihannya sendiri.
2. Terima kalau dia “hanya” idola. Sebesar apapun rasa cinta kita sama
idola tetap yang paling tinggi adalah rasa cinta kita terhadap ALLAH SWT dan
Rasulnya, dan kita tetap harus bisa realistis dan menerima sosoknya yang sulit
dijangkau. Kita bisa mengagumi karyanya dan memotivasi diri agar kita bisa
berprestasi seperti dirinya.
3. Be creative. Salurkan khayalan yang kita punya dengan cara yang
kreatif seperti fans fiction ataupu
lukisan idola. Siapa tahu kita bisa menemukan bakat yang selama ini terpendam.
4. Mendukung sang idola. Kita bisa juga memperlihatkan rasa sayang dan
kagum kita ke idola dengan cara lain yang lebih positif. Misalnya, dengan
selalu membeli CD music aslinya, selalu dating ke konser yang dia adakan,
selalu mengikuti perkembangan sang idola kita, follow social media yang dia
miliki. Dengan begitu kita akan selalu bisa mendukung dia untuk terus berkarya.
Well ngefans itu
merupakan sesuatu hal yang wajar dan alamiah, setiap orang pasti punya idolanya
masing-masing. Tetapi alangkah baiknya kita ngefans sesuatu dalam koridor yang
normal dan positif agar kita tidak
hanya sekedar fans yang delusional semata.
0 komentar:
Posting Komentar